Canary Bakery Braga: Aroma Roti dan Sentuhan Nostalgia Bandung Tempo Dulu

Awal Pagi di Jalan Braga

https://lunetwork.org/ Bandung, pagi hari. Di sudut Jalan Braga, lampu-lampu sebuah toko roti kecil sudah menyala sejak pukul 06.00 WIB. Pintu dibuka, dan aroma roti hangat yang baru keluar dari oven menyebar ke jalan.
Toko itu adalah Canary Bakery, yang setiap pagi menyambut pelanggan satu per satu. Banyak yang sudah hafal waktu keluarnya roti: tepat pukul 07.00, roti matang sempurna.

Canary bukan sekadar toko roti. Ia adalah bagian dari sejarah kuliner Bandung yang dimulai pada tahun 1976 di Miramar, pusat perbelanjaan pertama di kota ini. Tiga tahun kemudian, pendirinya, Ibu Ratna Johan, memindahkan toko ke Jalan Braga. Sejak itu, aroma roti hangat tak pernah hilang dari tempat ini.

Bermula dari hobi membuat kue, Ibu Ratna sempat menitipkan kreasinya di kios orang lain sebelum akhirnya membuka toko sendiri.
“Kami sudah ada di lokasi ini sejak 1979, menjadi bakery sekaligus restoran. Waktu itu bangunannya masih bentuk lama, tapi bukan cagar budaya, jadi bisa dibangun ulang,” ujar Mulyadi, Manajer Canary Bakery, Rabu (13/8/2025).

Menu Klasik yang Membawa Kenangan

Di balik etalase kaca, deretan kue klasik tersaji rapi: onbitjkoek (bolu kayu manis gula aren), biskuit sultana, kroket, risoles, nastar berukuran besar, hingga pie moka sederhana yang membekas di hati para pelanggan.

Beberapa menu sempat hilang, namun kembali hadir setelah pelanggan lama memintanya.
“Konsumen di sini unik, dulu waktu kecil mereka diajak orang tuanya jajan di Canary. Sekarang mereka datang lagi, bahkan membawa anak-anaknya untuk merasakan nostalgia,” tutur Mulyadi.

Filosofi: Bukan Sekadar Mengejar Untung

Di tengah persaingan bisnis, Canary tidak memilih ekspansi besar-besaran. Harga tetap terjangkau: es krim mulai Rp5.000, kue dari Rp7.000.
“Kami ingin semua orang bisa menikmati,” kata Mulyadi.

Buka dari pukul 06.00 WIB hingga 17.00 WIB, Canary menjadi tempat singgah pekerja muda, orang tua yang bernostalgia, hingga wisatawan yang penasaran dengan cita rasa klasik.

Kualitas yang Dijaga dan Nuansa “Rumah”

Dengan sekitar 20 karyawan, produksi dilakukan setiap hari dan diawasi langsung oleh Ibu Ratna.
“Yang ibu pertahankan adalah pengawasan langsung pada semua makanan, baik kue, roti, maupun masakan restoran,” jelas Mulyadi.

Hasilnya, setiap gigitan menghadirkan sensasi rasa yang sama seperti puluhan tahun lalu. Waktu seakan berjalan lebih lambat di sini.

Harapan Canary sederhana: sajian mereka selalu diterima, memberikan rasa nyaman seperti di rumah, dan membuat pelanggan ingin kembali.
“Ibu ingin menyajikan makanan seperti makanan rumahan. Jadi kalau orang datang ke sini, mereka merasa ‘feel home’,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *