https://lunetwork.org/ Harga emas global belakangan ini menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Di Indonesia, harga emas batangan hampir mencapai angka Rp 2 juta per gram. Daya tarik emas memang tak pernah pudar sepanjang sejarah peradaban manusia. Di berbagai penjuru dunia, terdapat beberapa area yang dulunya merupakan pusat eksploitasi emas dan menjadi incaran banyak orang.
Berikut adalah beberapa lokasi yang pernah makmur berkat deposit emasnya, beserta kondisi terkini:
1. Ballarat, Australia
Ballarat, sebuah kota di negara bagian Victoria, Australia, dahulu kala menjadi tujuan utama para pencari emas.
Sebelum penemuan emas pada tahun 1851, wilayah ini merupakan habitat suku Aborigin, penduduk asli Australia. Setelah penemuan emas, Ballarat dibanjiri oleh imigran dari berbagai penjuru.
Namun, seiring menipisnya kandungan emas, para penambang secara bertahap meninggalkan kota ini. Kini, pelancong yang ingin merasakan atmosfer kota emas tempo dulu dapat mengunjungi Sovereign Hill, sebuah kawasan rekreasi bertema sejarah. Tempat ini merekonstruksi kota Ballarat pada masa kejayaan tambang emas, lengkap dengan bangunan kayu khas abad ke-19. Sekitar 350 karyawan dan relawan berperan sebagai “warga kota” untuk menciptakan suasana otentik. Pengunjung juga berkesempatan mencoba aktivitas mendulang emas seperti para penambang zaman dahulu. Sovereign Hill telah dibuka untuk umum sejak tahun 1970.
2. Pulau Sado, Jepang
Pulau Sado merupakan pulau terbesar keenam di Jepang. Menurut catatan National Geographic, emas ditemukan di pulau ini sekitar abad ke-17. Penemuan tersebut mengubah kehidupan di pulau yang awalnya tenang menjadi lebih dinamis. Budaya dan niaga berkembang pesat, dan pada pertengahan abad ke-17, tambang emas Sado menjadi yang paling produktif di Jepang, memberikan kontribusi besar pada pendanaan Keshogunan Tokugawa.
Saat ini, bekas tambang emas di Pulau Sado telah dialihfungsikan menjadi museum terowongan tambang yang terbuka untuk kunjungan publik.
Para wisatawan dapat menjelajahi lorong tambang dan merasakan langsung pengalaman mendulang emas di masa lampau. Selain nilai historis, Pulau Sado juga menyuguhkan panorama alam yang menawan dan pertunjukan seni tradisional yang menambah daya tarik pariwisata.
3. La Rinconada, Peru
La Rinconada terletak di Pegunungan Andes, Peru, pada ketinggian sekitar 5.100 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk salah satu permukiman tertinggi di dunia. Kendati dikenal sebagai penghasil emas, kondisi kehidupan di La Rinconada sangat memprihatinkan. Berdasarkan laporan National Geographics, dulunya tempat ini hanyalah sebuah desa kecil bersalju, namun kini area ini dipenuhi permukiman tidak teratur seiring dengan meningkatnya aktivitas penambangan emas.
La Rinconada dihuni oleh sekitar 30.000 hingga 50.000 jiwa yang mayoritas penduduknya tinggal di gubuk-gubuk yang terbuat dari seng. Gubuk-gubuk seng ini berdiri di sekitar area pertambangan di lereng pegunungan. Kota ini hampir tidak memiliki fasilitas dasar yang memadai, seperti pengelolaan sampah atau sistem drainase yang layak akibat sulitnya medan pegunungan. Selain itu, tingkat kriminalitas di kalangan penambang juga tinggi, termasuk perampokan dan kekerasan yang terjadi setelah transaksi penjualan emas.
4. Desa Salido, Indonesia
Desa Salido terletak di Nagari Tambang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Dahulu kala, desa ini menjadi lokasi tambang emas yang dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda. Tambang emas Salido diperkirakan beroperasi selama lebih dari 150 tahun, dan disebut-sebut sebagai tambang emas tertua di Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, tambang ini terus mengalami kerugian hingga akhirnya ditutup oleh pihak Belanda. Kini, kawasan tersebut menyimpan jejak sejarah pertambangan di tanah air.
5. Johannesburg, Afrika Selatan
Johannesburg dikenal sebagai “Kota Emas” (City of Gold) karena perkembangan pesatnya setelah penemuan emas di kawasan Witwatersrand pada tahun 1886. Penemuan ini memicu demam emas yang menarik kedatangan imigran dari berbagai negara. Saat ini, masih terdapat tambang emas aktif di wilayah tersebut.
Di kota ini juga terdapat Gold Reef City, sebuah kompleks rekreasi yang dibangun di atas bekas tambang emas tua yang dulunya dikenal sebagai Crown Mines. Tambang ini secara resmi ditutup pada tahun 1977 setelah beroperasi sejak 1896. Kini, Gold Reef City telah dikemas menjadi atraksi wisata bertema sejarah yang populer. Pengunjung dapat menjelajahi lorong tambang emas sedalam 75 meter di bawah permukaan tanah (dahulu mencapai 225 meter), menggunakan lift penambang kuno yang masih berfungsi memberikan sensasi yang mendebarkan dan autentik.