Ketegangan Memuncak di Tengah Konflik Ukraina
BERLIN – Pemerintah Jerman berniat mengakuisisi sistem peluncur rudal jarak menengah Typhon dari Amerika Serikat (AS), di tengah meningkatnya ketegangan dengan Rusia akibat krisis di Ukraina. Hal tersebut diungkap langsung oleh Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius.
Sistem Rudal dengan Jangkauan Luas
Typhon, yang memiliki jangkauan sekitar 2.000 kilometer, mampu meluncurkan rudal jelajah Tomahawk dan rudal serbaguna SM-6. Jika ditempatkan di Jerman, sistem ini dapat mencapai wilayah jauh melampaui Moskow. Pistorius menyatakan bahwa Typhon akan menutup celah pertahanan Eropa sementara negara-negara Uni Eropa mengembangkan rudal jarak jauh buatan sendiri—proses yang diperkirakan memerlukan waktu 7 hingga 10 tahun.
Keraguan terhadap Komitmen AS
Pistorius juga mengungkapkan bahwa masih terdapat ketidakjelasan mengenai apakah Amerika Serikat tetap berpegang pada rencana penempatan rudal jarak jauh di Jerman mulai 2026. Rencana ini pertama kali diinisiasi pada 2024 oleh pemerintahan mantan Presiden Joe Biden. “Saya cukup optimistis bahwa kesepakatan tahun lalu masih berlaku, namun kami masih menantikan konfirmasi resmi,” ujarnya.
Reaksi Keras dari Rusia
Langkah Jerman-AS ini memicu reaksi keras dari Moskow. Pemerintah Rusia memperingatkan bahwa mereka akan merasa “bebas” dari moratorium sepihak atas penggelaran rudal semacam itu. Rencana ini mengingatkan pada era Perang Dingin, ketika NATO memutuskan menempatkan rudal Pershing II di Jerman Barat—kebijakan yang kala itu memicu unjuk rasa besar-besaran di Eropa dan memperburuk ketegangan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.
INF: Perjanjian yang Sudah Berakhir
Pada dasarnya, pengerahan Typhon bertentangan dengan Perjanjian INF (Intermediate-Range Nuclear Forces) yang ditandatangani tahun 1987. Perjanjian tersebut mewajibkan penghapusan semua rudal berbasis darat dengan jangkauan antara 500 hingga 5.500 km oleh AS dan Uni Soviet. Namun, perjanjian ini runtuh pada 2019 setelah Amerika Serikat menarik diri dengan menuduh Rusia melakukan pelanggaran. Rusia menolak tuduhan tersebut dan justru menuding AS sedang mengembangkan rudal terlarang. Presiden Vladimir Putin memperingatkan bahwa keruntuhan INF akan secara drastis merusak arsitektur keamanan global.